Skip to main content

#RoleModel: "Ikutilah teladanku!"

Pemikiran ini muncul secara acak mengingat seseorang pernah bertanya pada saya apakah saya sanggup bicara kepada orang2 yang sedang saya bina "ikutilah teladanku" seperti yang diucapkan Paulus kepada orang2 di Filipi. Dengan lantang saya jawab tidak sanggup pada saat itu sambil terus merenungkan pertanyaan itu dalam benak saya. Kesempurnaan. Itulah yang langsung terlintas. Saya menyadari betul bahwa saya tidak sepenuhnya sempurna dimata orang lain, sekalipun saya sangat mengusahakannya. Tapi jika saya menuntut diri saya persis seperti hidup dalam Taurat2 tersebut, bukankah secara tidak langsung saya sedang mencoba membatalkan kasih karunia Allah yang sudah saya terima dan imani? Bukankah semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah? Lalu, sudah sempurnakan Paulus lantas berbicara seperti itu? Siapakah saya sehingga saya bisa bicara seperti itu kepada orang2 yg belum mengenal Allah? Sudah sempurnakah saya? Apakah saya layak? Tidak. Bahkan tidak pernah. Kita akan sempurna ketika kita sudah hidup bersama-sama dengan Kristus dengan langit yang baru dan bumi yang baru. Lalu? Bagaimana dengan hal ini? Apakah firmanNya gagal? Apakah tidak akan ada seorangpun yang mencapai kesempurnaan? Tidak. Tidak akan pernah ada yang sampai di titik ini. Saya bahkan sering melihat teladan yang rusak di sekeliling saya, atau bahkan mungkin saya sendiri pernah mengalaminya. Kemudian berujung saya, atau orang lain yang kecewa. Lalu, siapa yang pantas saya salahkan? Diri saya karena tidak sanggup mencapai kesempurnaan yang mereka tuntut? Atau bolehkah saya menyalahkan orang lain yang berekspektasi terlalu besar dengan hidup saya?
Atau lebih lucunya, beberapa orang pada akhirnya meninggalkan gereja dan pelayanan tempat mereka bertumbuh hanya karena kekecewaan terhadap teladan satu orang. Apa ini salah pelayanan? Apakah gereja bertanggung jawab atas hal ini? Bahkan yang lebih tidak masuk akal lagi, beberapa orang pada akhirnya tidak percaya kepada Tuhan & memilih hidup diluar kasih karunia hanya karna teladan orang lain yang belum sempurna. Apakah salah Allah atas hidupnya sehingga ia menukar Allah dengan kekecewaannya? Apakah Allah pantas menerima ketidak adilannya yang tidak masuk akal ini setelah semua yang paling baik bahkan nyawaNya sendiri sudah Ia korbankan? Percayalah, saya mengalami & sudah melewati semua itu, bukan hanya sekedar berpikir tentang itu. Kira-kira seperti ini, ada pencuri di kelasmu, kamu tahu siapa pelakunya, tapi malah kamu yg memilih keluar dari sekolah tersebut sambil dalam hati menghakimi "semua sama saja". Lucu, bukan? Logika ini membawa kita kepada sebuah pemikiran bahwa ini sama sekali bukan tentang kamu, tapi tentang ketidaksempurnaan orang lain yang perlu kamu tolong. Jadilah sebagai orang yang memperbaiki keadaan disana, bukan sebagai hakim. Dan jika cerita tersebut terjadi sebaliknya, kamu sebagai teladan yang rusak tersebut, hal yang paling dasar yang perlu diingat bahwa setidaknya kamu menyadari bahwa untuk itulah kasih karunia Tuhan diberikan, untuk orang2 berdosa yang sedang memperbaiki diri.
Bukan pribadinya yg salah, tapi cara pandang dan pola pikirnya yang harus dirubah. Ketika kita menjadikan seseorang atau suatu kelompok sebagai role model, dasar yang harus kita perhatikan penuh bukan bergantung pada pribadi yang kita idolakan, bukan manusia, jika seperti itu polanya, maka dipastikan suatu saat kita akan kecewa, karna yg kita teladani adalah orangnya, manusia yg tidak luput dari kekurangan, tapi teladanilah Pribadi yang ia tawarkan/ajarkan. Lihatlah teladanku, sama artinya dengan Lihatlah teladan Yesus yang hidup di dalamku, yang aku hidupi, yang aku imani. Lihatlah teladan Yesus yang aku tawarkan, yang aku ajarkan. Bukan lihat pribadiku yang sama-sama masih berjuang memperbaiki diri. Maka dengan seperti itu, tidak akan pernah ada kekecewaan dari menuntut orang lain/diri sendiri untuk sebuah kesempurnaan, atau cerita "lucu" dari menghakimi orang lain, tanpa memperbaiki diri. Tidak ada lagi ucapan "ikutilah teladanku" yang diikuti dengan intimidasi akan ekspektasi kesempurnaan yang keluar dari setiap mulut orang percaya.

Comments

Popular posts from this blog

The Right One

Sebuah permbicaraan yang disukai banyak orang, tapi, tidak semuanya berhasil melewatinya dengan baik. Memiliki definisi yang berbeda-beda, dari mulai deskripsi yang benar hingga yang melenceng. Rumit. Terkadang kau bisa merasakannya tapi tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata yang tepat. Kita mengenal hal tersebut dengan sebutan cinta, tapi aku lebih senang menyebutnya dengan kata Kasih. Sebuah kata dengan berbagai perasaan yang terkandung didalamnya. Kekacauan, rindu, marah, sedih, depresi, bahagia, kuatir, air mata. Bagaimana kau mendefinisikannya ? Pertanyaan yang sangat klasik didengar, tapi silahkan jawab dalam hatimu masing-masing. Ada yang bilang cinta bisa membuat orang yang kuat menjadi lemah atau sebaliknya, cinta membuat seorang idealis menjadi "bodoh", ada yang bilang cinta hanya omong kosong. Semua definisi tergantung pada pengalamanmu tentang cinta itu sendiri. Tapi setidaknya setiap manusia pernah mengalami anugerah Tuhan yang "aneh" ini sekali d

being someone's answer is actually 'the answer'

sebulan kebelakang sampai hari ini, banyak banget 'kejutan-kejutan' yg gak keduga. ada pahit, manis, bingung, bikin deg-degan, bikin happy, sepi, nangis, banyaaaak deh. suasana hati dibikin gak stabil karna kondisi yg gak ketebak terjadi. pernah di satu kesempatan perjalan pulang dari rumah ke kosan, ada ibu-ibu paruh baya duduk disamping saya waktu naik bis. dia memulai pembicaraan kecil supaya suasana gak jadi awkward. saya cuma merespon sekenanya saja, sebatas menghargai, karna honestly, saat itu pikiran saya sedang bercabang-cabang memikirkan banyak hal. tapi ibu itu terus bercerita banyak hal, sampai hal2 pribadi, permasalahan pribadi yg pernah dia alami di masa lalunya yg pahit, yg membuat dia jadi tegar sampai sekarang, padahal saya tidak bertanya sama sekali tentang hal itu, tapi dia terus bercerita tanpa jeda. entahlah, mungkin dia butuh teman curhat, pikir saya seperti itu. dengan sabar saya mendengarkannya dan memberikan saran yang sewajarnya, karna saya pikir, ibu

Philosophy V.S. Christian World View

Filsafat merupakan serangkaian ide, nilai-nilai dominan yg mengarahkan hidup kita, disimpulkan dan mendorong kita dalam hidup kita. Kosong dan palsu. (Amsal 23:7): Filsafat merupakan pemikiran tingkat hati, pemikiran yg dalam. Filsafat lahir dari pemikiran manusia dari sebuah keberadaan. ("Mengapa dunia ini ada? Mengapa saya ada?") Pemikiran itu kuat, jadi pilihlah pemikiran yg didasari oleh KRISTUS sebagai PUSAT, bukan berpusat pada tradisi (tradisi gereja, tradisi suku, kebiasaan, dll), roh-roh dunia, maupun pengalaman. Filsafat akan kian berkembang hari demi hari, mulai dari Filsafat Naturalisme (semua kembali ke alam), Filsafat Realisme (teruji secara pengalaman), Filsafat Empirisme (pengetahuan penggabungan lewat indra, alam, dan pengalaman-pengalaman), Filsafat Agnostic (mempertanyakan hal-hal yg mustahil), hingga yang kini banyak sekali dianut oleh banyak orang yaitu filsafat Post-Modernism (hidupmu hidupmu, hidupku hidupku). Filsafat terus akan berkembang dan terus be