Skip to main content

being someone's answer is actually 'the answer'

sebulan kebelakang sampai hari ini, banyak banget 'kejutan-kejutan' yg gak keduga. ada pahit, manis, bingung, bikin deg-degan, bikin happy, sepi, nangis, banyaaaak deh. suasana hati dibikin gak stabil karna kondisi yg gak ketebak terjadi.

pernah di satu kesempatan perjalan pulang dari rumah ke kosan, ada ibu-ibu paruh baya duduk disamping saya waktu naik bis. dia memulai pembicaraan kecil supaya suasana gak jadi awkward. saya cuma merespon sekenanya saja, sebatas menghargai, karna honestly, saat itu pikiran saya sedang bercabang-cabang memikirkan banyak hal. tapi ibu itu terus bercerita banyak hal, sampai hal2 pribadi, permasalahan pribadi yg pernah dia alami di masa lalunya yg pahit, yg membuat dia jadi tegar sampai sekarang, padahal saya tidak bertanya sama sekali tentang hal itu, tapi dia terus bercerita tanpa jeda. entahlah, mungkin dia butuh teman curhat, pikir saya seperti itu. dengan sabar saya mendengarkannya dan memberikan saran yang sewajarnya, karna saya pikir, ibu itu sudah banyak makan 'asam garam' dalam kehidupan, pengalaman hidupnya pun sudah lebih banyak dari saya, jadi saya tidak mau memberikan kesan 'menggurui' orang yang jauh lebih tua diatas saya. dia terlihat sangat senang ketika ceritanya didengarkan. padahal terakhir saya hanya bilang pada ibu itu "sabar ya bu, Allah itu baik. Allah gak akan ngasih cobaan melebihi kekuatan kita. segala sesuatu indah pada waktuNya." tapi entah kenapa dia sangat bahagia & berterima kasih untuk ucapan saya, seolah-seolah tidak pernah ada orang yang berbicara kepadanya seperti itu sebelumnya.

beberapa hari kemudian, kejadian tersebut terulang lagi, tapi dengan orang yang berbeda, di tempat yang berbeda pula. dan lagi-lagi, saya hanya menjadi pendengar. pendengar dari pembicaraan satu arah. karna sebenarnya saya tidak mencoba mengorek-ngorek tentang kehidupan orang tersebut, orang tersebut hanya tiba-tiba bercerita tentang dirinya sendiri. dan lagi-lagi saya hanya memberikan saran dan semangat.

dan belum lama ini, ketika saya berkunjung ke bandung, saya pulang dari sebuah kegiatan rohani di gereja dan kebetulan menggunakan jasa ojek online, dan lagi-lagi sepanjang perjalanan driver tersebut 'curhat' soal masa lalunya yg kelam karna judi online. bagaimana dia bangkrut dari orang yg serba berkecukupan menjadi pas-pasan, bagaimana dia dibuang dan dikucilkan keluarganya karna dianggap sudah tidak berguna dan mencoreng nama keluarga, bahkan dia bercerita bagaimana dia melakukan tindakan percobaan gantung diri di rumah, tapi dia beruntung karna Tuhan gagalkan tindakan bodohnya dan dia masih berkesempatan memperbaiki kehidupannya sekarang. lagi-lagi saya hanya mendengar dan memberi semangat seperti yang sebelumnya saya lakukan kepada orang-orang yang curcol kepada saya. dan lagi-lagi mereka tampak bahagia ketika cerita mereka didengar dan ketika saya kasih semangat, padahal saya tidak melakukan apa-apa yang berarti, yang benar-benar real. entahlah, entah mungkin ini karunia saya sebagai 'telinga' yg tahan mendengarkan setiap keluhan orang2 yg berada disekitar saya, saya pun tidak mengerti. padahal saya bukan orang psychology yg jago memberikan saran untuk setiap permasalahan mereka.

kemudian beberapa hari ini di jam-jam doa saya dan di waktu pribadi saya dengan Tuhan, saya sering sekali berpikir, kenapa orang bisa begitu percaya kepada saya bahkan untuk bercerita tentang rahasia mereka, tentang masa lalu mereka yang memalukan, tentang banyak hal. bahkan saat pertama kali bertemu orang asing, terkadang mereka bisa begitu nyaman 'curhat' dengan saya tanpa saya korek-korek kehidupannya. padahal saya sedang butuh didengar juga, butuh pelukan juga, butuh semangat dan perhatian pada saat itu. kenapa tidak ada yg bertanya bagaimana perasaan saya yang sebenarnya dibalik tawa lepas saya? apa yang saya rasakan, apa yang saya pikirkan. bahkan orang yg terdekatpun, yg mereka tau, saya bahagia. ya, mungkin saya sudah terbiasa menyimpan dan menyelesaikan semuanya sendiri. saya lelah mendengarkan, saya juga mau didengarkan. saya mau dimengerti juga, tidak melulu mengeti orang lain yang bahkan mungkin tidak peduli dengan saya. saya butuh diperhatikan, saya butuh disemangati, saya terlalu lelah untuk menyemangati orang lain, bahkan untuk menyemangati diri sendiri pun terkadang saya paksakan. saya terluka, sedih, saya down, saya mau menangis, saya capek selalu kuat dalam segala situasi, seolah-olah bahagia, tersenyum, menghibur orang lain dengan gaya saya yang memang terlihat ceria. manusiawi kan jika saya pun berhak mendapatkan imbalan kasih yang selalu saya coba berikan kepada orang lain? saya merasa seperti "seorang prajurit yang sedang luka-luka" tapi disuruh berperang. kenapa Tuhan tidak menyembuhkan luka saya dulu baru Ia ijinkan saya untuk berperang? begitulah kira-kira teriak saya dalam hati kepada Tuhan ketika merenung.

dalam pikiran saya yang sedang semeraut dengan berbagai proses pembentukkan yang boleh terjadi, Tuhan berbicara lembut dalam hati saya.

"itulah jawaban yang Aku berikan. kekuatan  yang engkau minta dalam setiap doamu sudah Aku berikan, dan sudah engkau terima dalam mulutmu, dengan caramu ketika engkau membangkitkan orang-orang yang terluka di luar sana."

kemudian saya sadar dan berpikir, saya sudah memiliki jawaban dan kekuatan tersebut ketika saya membangkitkan orang lain. Tuhan sengaja mengirimkan orang-orang tersebut untuk membantu saya menyembuhkan luka hati saya. mengingatkan setiap jawaban doa yang sebenarnya sudah saya terima. cara saya berbicara pada mereka, cara saya  memberikan semangat kepada mereka, secara tidak langsung saya sedang berbicara kepada diri saya sendiri, mengingatkan diri sendiri, saya sedang menyemangati diri saya sendiri, saya sedang menyembuhkan luka saya sendiri dengan menyembuhkan luka orang lain.

kamu sembuh bukan ketika diam ditempat, mengasihani diri sendiri, dan menarik diri dari orang-orang. kamu akan sembuh ketika kamu menyembuhkan luka orang lain, kamu akan menemukan jawaban doa atas permasalah hidupmu ketika kamu menjadi jawaban doa untuk orang lain. karna pada saat kamu 'aktif' lah maka kamu 'dilatih', bukan pada saat 'pasif'. dilatih terus sampai tahan uji dan pada saat kamu sibuk menyembuhkan luka orang lainlah, kamu akan lupa bahwa kamu pun sedang terluka dan semua akan terasa lebih ringan untuk dijalani ketika kamu membantu orang lain untuk melewatinya :)

Comments

Popular posts from this blog

The Right One

Sebuah permbicaraan yang disukai banyak orang, tapi, tidak semuanya berhasil melewatinya dengan baik. Memiliki definisi yang berbeda-beda, dari mulai deskripsi yang benar hingga yang melenceng. Rumit. Terkadang kau bisa merasakannya tapi tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata yang tepat. Kita mengenal hal tersebut dengan sebutan cinta, tapi aku lebih senang menyebutnya dengan kata Kasih. Sebuah kata dengan berbagai perasaan yang terkandung didalamnya. Kekacauan, rindu, marah, sedih, depresi, bahagia, kuatir, air mata. Bagaimana kau mendefinisikannya ? Pertanyaan yang sangat klasik didengar, tapi silahkan jawab dalam hatimu masing-masing. Ada yang bilang cinta bisa membuat orang yang kuat menjadi lemah atau sebaliknya, cinta membuat seorang idealis menjadi "bodoh", ada yang bilang cinta hanya omong kosong. Semua definisi tergantung pada pengalamanmu tentang cinta itu sendiri. Tapi setidaknya setiap manusia pernah mengalami anugerah Tuhan yang "aneh" ini sekali d

break the addiction, live your real life.

"Do you ever feel bad when you seeing at your cell phone mostly more than seeing at the people in around you?" I have found myself that way in the past, and maybe you are who’s reading this became the one of the “victim” of social media addict. In this modern era, as we know that we cannot live without technology. Technology become the one of human needs. Technology also help us to make everything becomes easier. But most people use technology in the wrong way (for example: Smartphone/Social Media). Checking your cell phone constantly and hearing for other’s people saying, yelling, commenting & discussing through the social media. You become busy on it without realizing that you have lost your productive times and killing your relationship with people in the front of you or with the people you love . Passing up opportunities to be socializing, join into the conversation, or have a small talk, joking, and supporting one each other with people in front of you be